Langsung ke konten utama

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEMPADAN SUNGAI DI TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG





Proposal Penelitian


Dosen Pembimbing     : 1. Ir. Drs. H. Asrizal Paiman, M.Si., IPM
  2. Ir. Albayudi, S.Hut., M.Si., IPM
Pemrasaran                  : Habibullah (D1D016004)



PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN


Judul               : KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEPADAN SUNGAI
                          DI TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG
Nama               : Habibullah
NIM                : D1D016004
Jurusan            : Kehutanan



Menyetujui:
     Dosen Pembimbing I                                                Dosen Pembimbing II




     Ir. Drs. H. Asrizal Paiman, M.Si., IPM              Ir. Albayudi, S.Hut., M.Si., IPM
     NIP. 195708301986031003                             NIP. 196410291999031001



Mengetahui :
Ketua Jurusan Kehutana



Ir. Riana Anggraini, S.Hut., M.Si., IPM
NIP.198510222012122002
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dan kemampuan dalam menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini yang berjudul “KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEPADAN SUNGAI DI TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG ”.
            Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Drs. H. Asrizal Paiman, M.Si., IPM dan Bapak Ir. Albayudi, S.Hut., M.Si., IPM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi banyak saran, bimbingan, dan arahan yang sangat berguna selama penulisan proposal skripsi ini.
            Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan proposal skripsi ini kedepannya.

                                                                                               Jambi, Oktober 2019
                                                                                              
                                                                                                          Penulis











BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman Nasional Berbak Sembilang secara administrasi terletak di 2 Provinsi yaitu Jambi dan Palembang. Secara topografi Taman Nasional Berbak Sembilang berada pada ketinggian 0 meter-20 meter. Wilayah kerja terbagi kedalam tiga Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu SPTN Wilayah I di Suak Kandis dengan kawasan berada pada Kabupaten Muara Jambi dan Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi, SPTN Wilayah II di Palembang dengan kawasan yang berada  Kabupaten Musi Banyuasin kantor Provinsi Sumatera Selatan, dan SPTN Wilayah III di Air Hitam Laut dengan kawasan yang berada pada Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.
Wilayah kerja seksi dibagi kedalam basis resort (merupakan unit terkecil dalam struktur pengelolaan Taman Nasional) yang terbagi menjadi 9 unit pengelolaan. SPTN Wilayah I meliputi resort Simpang-Pematang Raman, resort Sungai Rambut-Rantau Rasau, dan resort Simpang Datuk, SPTN Wilayah II meliputi resort Solok Buntut Lalan, resort Simpang Satu-Sembilan, dan resort Ngirawan sedangkan SPTN Wilayah III resort Cemara-Labuan Pering-Sungai Benuh, resort Sungai Benuh-Tanah Pilih, dan resort Tanah Pilih-Sungai Benuh-Terusan Dalam.
SPTN I pada zona pemanfaatan resort sungai rambut pos simpang bungur dijadikan sebagai tempat ekowisata karena komposisi jenis tumbuhan serta hewannya yang unik dan sudah teradaptasi dengan kondisi air pasang surut. Hal itu juga berlaku untuk SPTN III zona pemanfaatan pos simpang malaka. Banyak burung yang ditemukan di zona pemanfaatan baik itu burung yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Keberadaan burung tersebut tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupan burung tersebut. Taman Nasional Berbak Sembilang menyediakan sember pakan dan shelter bagi burung di sekitar kawasan. Berdasarkan buku Rencana Pengelolaan Taman Nasional Berbak terdapat 224 jenis dari 49 famili burung (Taman Nasional Berbak, 2000).
Berbagai jenis burung dapat ditemukan di Taman Nasional Berbak Sembilang di zona pemanfaatan. Diantaranya yaitu Raja udang meninting (Alcedo meninting), srigunting (Dicrurus sp.), Elang laut (Haliaeetus leucogaster), pekaka emas (Pelargopsis capensis), rangkong (Bucerotidae), kadalan beruang (Phaenicophaeus diardi) (Holisuddin et al., 2014).
Dengan keberadaan burung tersebut Taman Nasional Berbak Sembilang memanfaatkannya dengan membuat jalan treck di zona pemanfaatan untuk pengamatan satwa ataupun flora. Namun, kegiatan tersebut terbatas hanya di daratan atau jalan track. Adapun perjumpaan dengan burung burung yang dilindungi ataupun burung langka lebih sering terlihat di sepadan sungai, oleh karena itu perlu adanya Identifikasi Keanekaragaman Jenis Burung Sempadan Sungai di Taman Nasional Berbak Sembilang untuk pengembangan ekowisata bird watching berbasis sungai.

1.2.Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung di sempadan Sungai Air Hitam Dalam dan Sungai Air Hitam Laut
2.      Mendeskripsikan sebaran burung pada strata pohon di sempadan Sungai Air Hitam Dalam dan Sungai Air Hitam Laut
3.      Mendeskripsikan habitat burung di sempadan Sungai Air Hitam Dalam dan Sungai Air Hitam Laut

1.3. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai sumber data dan dasar pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan rancangan untuk pengembangan ekowisata di Taman Nasional Berbak Sembilang maupun yang lainnya .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman jenis burung

Definisi dari keaneka ragaman burung yaitu jumlah total jenis burung beserta kelimpahan masing-masingnya pada suatu area (Kamaluddin, 2019). Keanekaragaman jenis burung tidak bisa disamakan pada suatu tempat terhadap tempat lainnya (Anugrah, 2016). Menurut Sukmantoro et al. (2007) dalam Kamaluddin. (2019) tercatat 1.598 jenis burung di wilayah Indonesia. Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui 372 jenis (23,28 %) diantaranya adalah jenis burung yang tergolong endemik dan 149 jenis (9,32 %) adalah jenis burung migran. Dalam ekologi umumnya keanekaragaman hayati mengarah pada komposisi dari suatu profil habitat yang mendukung derajat kelimpahan satwa liar dengan tipe habitatnya.
2.2 Distribusi Burung
Distribusi burung tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya. Distribusi vertikal dari dedaunan atau stratifikasi tajuk merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung. Semakin beranekaragam suatu habitat maka Indeks keanekaragamanpun semakin tinggi (Asrianny et al., 2018). Indeks keanekaragaman merupakan parameter tinggi rendahnya suatu nilai yang menunjukkan tinggi rendahnya keanekaragaman dan kemantapan komunitas. Komunitas yang memiliki nilai keanekaragaman tinggi maka hubungan antar komponen dalam komunitas akan semakin kompleks.
2.3 Hasil penelitian terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Achmad et al., (2013) menyatakan bahwa indeks keanekaragaman sedang dan tinggi  menarik dikembangkan sebagai objek ekowisata. Hal yang sama juga dinyatakan olleh Asrianny et al., (2018) menyatakan bahwa kawasan yang memiliki burung endemik dan indeks keanekaragaman yang tinggi memiliki potensi untuk dikebangkan wisata bird watching. Kartiko (2017) menyatakan bahwa pada lahan pasca terbakar jumlah jenis burung yang ditemukan lebih tinggi dibandingkan areal yang tidak terbakar. Hal yang sama juga dinyatakan bahwa tipe vegetasi agak terbuka memiliki nilai indeks kekayaan burung yang tinggi dibandingkan vegetasi rapat (Asrianny et al., 2018; Budi, 2015).
2.4 Wisata pengamatan Burung
Lakiu et al. (2016) aktivitas pengamatan burung (birdwatching) di alam terbuka merupakan salah satu bentuk kegiatan ekowisata. Burung dapat dijadikan sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan dan objek wisata. Pada ekowisata pengamatan burung pengunjung dapat mempelajari bentuk-bentuk morfologi burung dan fungsi ekologis dari burung dalam hal penyebaran benih dan sebagai penyerbuk alami bagi tumbuhan dan tanaman.
Birdwatching adalah salah satu aktivitas pengamatan burung di alam. Kegiatan wisata alam birdwatching, di satu sisi bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar karena banyaknya wisatawan yang akan melakukan kunjungan ke daerah tersebut, di sisi lain juga bisa memberikan manfaat konservasi bagi jenis-jenis burung yang ada di suatu kawasan (Widyasari et al., 2013). Kehadiran jenis-jenis burung di suatu area, memberikan pesona tersendiri, seperti menikmati keindahan warna, keunikan tingkah laku burung, keunikan bentuk dan kekhasan suaranya.
 Menurut Widodo (2016) burung sebagai salah satu satwa obyek wisata di Taman Nasional yang dapat di jual kepada para wisatawan karena beberapa faktor keistimewaannya, seperti kelangkaannya, bersifat endemik, dan kekhasan- kekhasan lainnya.
Menurut MacKinnon et al. (2010) menjelaskan bahwa salah satu alasan yang mendukung suatu kawasan menarik untuk dikunjungi yaitu jika kawasan tersebut memiliki atraksi yang dapat diunggulkan, misalnya satwa liar yang menarik atau khas untuk tempat tertentu. Oleh karena itu, burung yang dapat dipilih sebagai objek wisata birdwatching didasarkan pada ketertarikan pengunjung terhadap jenis burung, status konservasi, dan endemisitas.










 


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020 hingga Februari 2020 di kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang. Lokasi pengamatan terbagi menjadi dua tempat yaitu Sungai Air Hitam Dalam pada zona pemanfaatan yang berada di SPTN 1 Simpang Bungur dan Sungai Air Hitam Laut yang berada pada zona pemanfaatan SPTN 3 Simpang Malaka. Adapun area pengamatan yaitu sempadan sungai dengan jarak 50 meter dari bibir sungai kiri dan kanan.

Gambar 1. Lokasi penelitian SPTN 1

Gambar 2. Lokasi penelitian SPTN 3

3.2 Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Tabel 1. Alat yang diperlukan dalam penelitian
No
Alat
Fungsi
1
Monokuler
Memperjelas objek dalam jarak jauh
2
Alat tulis
Mencatat data-data yang berkaitan dangan hasil penelitian dilapangan
3
Kamera
Menyimpan gambar
4
Buku panduan lapang burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon, 2010)
Data base burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan
5
Kompas
Petunjuk arah mata angin
6
GPS
Menyimpan jejak dan titik
7
Alat pengukur waktu (jam)
Penunjuk waktu
8
Tally sheet
Rekap data
9
Roll meter
Mengukur jarak antar dua buah benda
10
Meteran jahit
Mengukur lingkaran pohon
11
Renge finder
Penghitung jarang dari peneliti ke objek yang diamati
12
Peta lokasi penelitian
Panduan dalam menentukan tujuan dan posisi dilapangan
Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah burung-burung dan vegetasi di masing-masing lokasi penelitian.

3.3 Pengumpulan Data

          Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu data mengenai keanekaragaman burung dan kondisi vegetasinya pada wilayah sempadan Sungai Air Hitam Dalam  pada zona pemanfaatan SPTN 1 dan Air Hitam Laut pada zona pemanfaatan SPTN 3.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi berasal dari paper, jurnal, skripsi, buku, internet, dan laporan studi terdahulu. Data dan informasi yang diperoleh melalui studi pustaka berupa kondisi umum lokasi penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik dalam pengumpulan data yang dibedakan berdasarkan objek yang akan diambil datanya.

3.4.1 Data Profil Tajuk

Pembuatan profil tajuk menggunakan plot berukuran 20x20 meter pada setiap tipe vegetasi. Parameter yang diamati adalah spesies vegetasi, tinggi total dan bebas cabang pohon dan tiang, diameter tiang dan pohon, lebar tajuk, serta kordinat titik pohon sumbu x (20 m) dan y (20 m).
Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung diamati disetiap habitat yang diteliti. Pada setip habitat dilakukan penggambaran strata vegetasi untuk megetahui strata vegetasi yang digunakan oleh burung. Strata ketinggian yang digunakan adalah yang mengacu pada tabel 1.
Tabel 2. Pemanfaatan strata burung secara vertikal (Indrianto, 2006)
No
Kriteria
Ketinggian (m)
1
Strata A
>30
2
Strata B
20-30
3
Strata C
4-20
4
Strata D
1-4
5
Strata E
<1

Gambar 3. Stratifikaasi hutan tropis

3.4.2 Data vegetasi

Pada tahap awal yaitu membuat kurva spesies area pada vegetasi tipe hutan dan tipe belukar untuk mengetahui luas petak minimum yang mewakili kondisi suatu tegakan. Adapun caranya yaitu membuat petak berukuran 1 meter x 1 meter, selajutnya petaknya diperbesar hingga ukurannya menjadi 1 meter x 2 meter. Catatlah jumlah jenisnya dan penambahan jenis setiap penambahan petak. Petak akan dihentikan jika persentase penambahan jenisnya tidak lebih dari 5%.
Setelah diketahui luas plot minimum kurva spesies area barulah bisa dilakukan penarikan jumlah plot sampel. Luas lokasi penelitian yaitu 80 (Ha) dengan intensitas sampling 10% maka luasan yang harus diukur yaitu 8 (Ha).
Analisis vegetasi dilakukan di area penelitian. Pada tingkat pertumbuhan semai (a) digunakan ukuran dengan besar 2x2 meter, sedangkan untuk tingkat pertumbuhan pancang (b) ukurannya sebesar 5x5 meter. Pada tingkat pertumbuhan tiang (c) memiliki besar ukuran 10x10 meter, sedangkan untuk tingkat pertumbuhan pohon (d) digunakan petak berukuran 20x20 meter (Indrianto, 2006).

3.4.3 Data Burung

Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan unit contoh kombinasi transek garis dengan variable circular plot (VCP). Jarak antar titik pusat plot yang satu dengan lainnya adalah 100 meter, dengan diameter lingkaran 50 meter sedangkan panjang setiap transek disesuaikan dengan luasan area penelitian. Total jumlah stasiun pengamatan sebanyak 4 stasiun yang tersebar pada sempadan Sungai Air Hitam Laut zona pemanfaatan SPTN 3, 2 stasiun dan pada sempadan Sungai Air Hitam Dalam zona pemanfaatan SPTN 1, 2 stasiun.
Gambar 4. Lokasi peletakan titik
Peletakan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pada jalur vegetasi yang berpotensi burung. Pengamatan dilakukan pada interval waktu antara pukul 05:30–09:00 untuk periode pagi hari dan 15:00–18:00 untuk periode sore hari dengan ulangan sebanyak 3 kali. Pencatatan data dilakukan dengan mengamati burung pada seluruh luas lingkaran pengamatan yang dicatat dalam 15 menit untuk setiap titik pengamatan. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan burung meliputi: jenis, jumlah individu setiap jenis, lokasi/posisi pada saat teramati (permukaan tanah, lantai hutan, tajuk bawah, tengah atau tajuk atas), serta jarak pengamat dengan obyek/satwa.

Gambar 5. Desain plot pengamatan burung
3.5 Analisis Data
Berukut adalah metode analisis data vegetasi  dan burung
3.5.1 Profil tajuk
Pembuatan profil tajuk dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari plot ideal yang mewakili kondisi stratafikasi vegetasi berukuran 20 meter x 20 meter untuk menggambar bentuk profil hutan. Pembuatan gambar profil tajuk hutan bertujuan untuk menunjukkan tipe strata pohon yang digunakan atau tempat jenis burung melakukan aktivitasnya. Penggambaran menggunakan aplikasi SExI-FS (Spatially Explicit Individual based – Fores Simulator).
3.5.2 Data burung
Keanekaragaman spesies burung dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran, 2004), kelimpahan spesies burung dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan (Index of Evennes) serta perhitungan jenis burung dominan. Rumus perhitungan sebagai berikut:
1.      Indeks Keanekaragaman Shanon-Whiner (Magurran, 2004)
H’= -  
Keterangan:
H’             =Indeks Shanon-Winer
ni              =Jumlah individu setiap jenis
N              =Jumlah individu jeluruh jenis
2.      Indeks kemerataan
E = H’ /In S
Keterangan:
E               =Indeks kemerataan jenis
H’             =Indeks keanekaragaman jenis
S               =Jumlah jenis
In              =Logaritma natural
3.      Dominansi
Di =  
Keterangan:
Di             =Indeks dominansi suatu jenis burung
Ni             =Jumlah individu suatu jenis
N              =Jumlah individu dari seluruh jenis
Adapun kriteria penetapan tingkat dominansi sebagai berikut:
Di             =0-2% jenis tidak dominan
Di             =2-5% jenis sub-dominan
Di             =.5% jenis dominan
3.5.3 Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mendeskripsikan komposisi dan dominansi jenis pohon di Taman Nasional Berbak. Indeks Nilai Penting (INP) untuk setiap tingkat pertumbuhan vegetasi adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2006) :
Kerapatan (K) (ind/ha)           =
Kerapatan Relatif (KR)          =
Frekuensi                                 =
Frekuensi Relatif (FR)            =
Dominansi (D) (m2/ha)           =
Dominansi Relatif (DR)         =
INP untuk tumbuhan bawah, semai, dan pancang =KR + FR
INP untuk pohon = KR + FR + DR





DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A., Ngakan, P.O., Umar, A. & Asrianny, 2013. Potensi Keanekaragaman Satwaliar Untuk Pengembangan Ekowisata di Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan UNHAS. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, II(2), pp.79-92.
Anugrah, K.D., 2016. Keanekaragaman spesies burung di Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus Lampung. Skripsi Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Asrianny, Saputra, H. & Achmad, A., 2018. Identifikasi keanekaragaman dan sebaran jenis burung untuk pengembangan ekowisata bird watching di Taman Naasional Batimurung Buku Sarung. Jurnal Parennial, 14(1), pp.17-23.
Budi, N.S., 2015. Kelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Yogyakarta: Univesitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Holisuddin, U. et al., 2014. Amazon Van Jambi. Jambi: Balai Taman Nasional Berbak.
Indrianto, 2006. Ekologi Hutan. 1st ed. Jakarta: Bumi Aksara.
Kamaluddin, , 2019. Analisis Potensi Ekowisata Bird Watching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. Skripsi. Bandar lampung: Universitaas Lampung.
Kartiko, I., 2017. PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG ANTARA LAHAN PASCA TERBAKAR DAN TIDAK TERBAKAR DI HTI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, PROVINSI RIAU.  Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lakiu, M.D., Langi, M.A. & Pollo, H.N., 2016. Potensi avifauna untuk pengembangan ekowisata bird watching di Desa Ekowisata Bahoi. Jurnal Unsrat, II(7), pp.1-12.
MacKinnon , J., Philipps, K. & Balen, B.V., 2010. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Burung Indonesia.
Taman Nasional Berbak, 2000. Rencana Pengelolaan Taman Naasional Berbak Provinsi Jambi. Jambi.
Widodo, W., 2016. Distribusi dan keanekaragaman spesies burung sebaran terbatas di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. jurnal Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya, 1(13), pp.113-24.
Widyasari, K., Hakim, L. & Yanuwiadi, B., 2013. Kajian jenis-jenis burung di Desa Ngadas sebagai dasar perencanaan jalur Pengamatan burung (bird watching). Journal Indonesian Tourism and Development Studies, III(1), pp.108-14.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Hipno

1. Cerita > melalui kata... 2. Repitation > pengulangan...  Dengan pola : yes > save> yes>save Sampai mereka menerima kata-kata anda. Contoh: iklan TV 3. Otoritas > guru kepada murid  Melalui Trust ( kepercayaan) 4. Metaphora > (pengandaian yang baik-baik) 5. Emosi > (yaitu pemanfaatan lawan bicara) Hipnoterapi ada gelombang beta, alfa, teta, dan delta Kata kunci > kata yang digabung dengan pernyataan yang jawabannya dapat mengetahui persepsi orang pada alam bawah sadar Sugesti Contoh pola kalimat visual : bayangkan pantai angin sepoi - sepoi ada gelom bang dan lain - lain Visual > kelihatan Auditori > kedengaran Kinestetik> rasa -rasa Hipnosis > sikologi Jadi berhati - hatilah terhadap kata -kata karena kata- kata dapat mengendalikan

Karbohidrat Dalam Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI POHON Karbohidrat Dalam Tanaman Nama : Habibullah Nim : D1D016004 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS JAMBI I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang             Fotosintesi pada tanaman tidak lepas dari pigmen klorofil, fosontesis terjadi pada daun dan disini juga terjadinya penimbunan pati. Saat kondisi lingkungan gelap maka terjadi translokasi pati ke organ-organ lain yang digunaakan sebagai bahan dasar dalam proses metabolisme lain (baik anabolisme maupun katabolisme). Sehingga dipagi hari timbunan pati yang ada pada daun tidak ditemukan lagi.             Alkohol merupakan pelarut pigmen klorofil, sehingga kasus klorosis yang terjadi pada sistem perakaran tanaman diakibatkan   alkohol yang terakumulasikan didalam daun.      ...

Langkah belajar bahasa inggris melalui lagu

Langkah belajar bahasa inggris melalui lagu Berdasarkan hasil penelitian memang ada beberapa kelebihan belajar bahasa inggris melalui lagu 1.        Kebanyakan orang menyukai mendengarkan lagu 2.        Mudah di akses. Karena ada jutaan lagu di internet 3.        Dapat digunakan dimana saja dan kapan saja misalnya lagi di taman 4.        Belajar bahasa inggris melalui lagu merupakan media pembelajaran yang paling menyenangkan kemudian disana kita bisa belajar pengucapan dan kosakata ini cenderung lebih asik, kemudian juga bisa belajar langsung grammarnya. Kemudian kita bisa kenal kultur dari lagu tersebut berasal.   Harus kita ingat bahwa tidak semua lagu bisa digunakan untuk belajar bahasa inggris, misalnya lagu ref itu tidak bagus karena kurang jelas   Lalu bagaimana caranya Jangan terlalu panjang,cari yang beberapa bait saja yang mudah di...