AGROFORESTRY
SEBAGAI INVESTASI LAHAN HUTAN YANG BERKELANJUTAN
Disusun oleh
NAMA : IMAM
MAHMUDI
NIM
: D1D016099
PROGRAM
STUDIKEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan selesai sesuai rencana.
Sholawat dan Salam semoga tercurahkan keharibaan
junjungan alam yakni Nabi Muhammad saw yang telah membawa ajaran yang benar
semoga kita diberi syafa'at di yaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian
makalah ini dapat bermanfaat untuk memberi pengetahuan tentang betapa
pentingnya sistem agroforestry bagi kehidupan sehari-hari.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat
untuk kita dalam kehidupan sehari-hari yang lebih cerah dan sehat.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, begitu
pula dengan makalah ini, masih jauh dari kesempuraan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran akan kami harapkan guna penyempurnaan pada makalah yang lainnya.
jambi, 10 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar
Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan
Masalah.......................................................................................................1
BAB 11
LANDASAN TEORI....................................................................................2
BAB 111
PEMBAHASAN.........................................................................................6
3.1
Pengertian
Agroforestry.........................................................................................6
3.2
Bentuk-Bentuk
Agroforestry..................................................................................7
3.3 Manfaat
Agroforestry.............................................................................................8
3.4 Kelebihan
dan Kekurangan Agroforestry...............................................................9
BAB 1V
PENUTUP...................................................................................................11
4.1
Simpulan...............................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembangunan
kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi
hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat diperlukan peran serta
masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan. Untuk itu keberhasilan
pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan masyarakat
sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan.
Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian merupakan
kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Di daerah
Sumberjaya, masyarakat telah banyak mengkonversi lahan hutan menjadi areal
perkebunan kopi sebagai mata pencahariannya. Pada tahun 1970-an sekitar 60%
daerah ini masih dalam keadaan hutan alam, tetapi pada akhir tahun 1990-an
hanya sekitar 15% hutan yang masih tertinggal (Agus et al., 2002).
Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak
masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna,
banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini
bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal
hutan yang dikonversikan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah
satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa itu agroforestry?
2. Bagaimana bentuk-bentuk
agroforestr?
3. Apa saja manfaat
dalam kegiatan agroforestry?
4. Apa saja kekuranagn
dan kelebihan sistem agroforestry ?
1.3 Tujuan
Masalah
1. Agar masyarakat
mengetahui apa itu agoforestri.
2. Agar masyarakat
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk pengolahan agroforestry.
3. Agar masyarakat
mengetahui manfaat dari sistem agroforestry.
4. Agar masyarakat
mengetahui kekurangan dan kelebihan agroforestry.
BAB 11
LANDASAN
TEORI
Pengertian dan Definisi dari Agroforestri adalah
budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian
(tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di atas merupakan pengertian
sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan
pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.
Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris
“Agroforestry” yaitu Agro berarti pertanian dan Forestry berarti Kehutanan.
Agroforestri dikenal juga dengan istilah “Wanatani” yaitu gabungan kata Wana berarti
Hutan dan Tani atau Pertanian.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan
lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas
lahan. Masalah yang sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan
hutan semakin berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah
tersebut dan masalah ketersediaan pangan.
Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim
Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk
mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di
negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa
hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Pemanfaatan di bidang
kehutanan sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu
eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas.
Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah
terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta
menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Namun sistem
Agroforestri telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia
selama berabad-abad dengan nama dan istilah yang berbeda-beda.
King mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu
sistem pengolahan lahan yang berazaskan kelestarian untuk meningkatkan
produktivitas lahan secara keseluruhan, yaitu dengan mengkombinasikan produksi
tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan, dan atau
hewan secara bersamaan atau berurutan, pada unit lahan yang sama, dan
menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan budaya setempat.
Ada juga yang mendefinisikan Agroforestri sebagai
Suatu metode penggunaan lahan secara optimal yang mengkombinasikan sistem
produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang, secara bersamaan atau
berurutan (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi biologis lainnya)
dengan cara yang dilandasi oleh azas kelestarian, dalam suatu kawasan hutan
atau kawasan di luarnya, dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Lundgreen dan Raintree menjelaskan bahwa
Agroforestri adalah istilah untuk sistem-sistem pemanfaatan lahan dan
teknologi, dengan tanaman-tanaman keras (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis
palma, bambu, dan sebagainya) yang ditanam berbarengan dengan tanaman pertanian
semusim, dan atau pemeliharaan hewan, untuk tujuan tertentu, pengelolaannya
berada dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan, yang didalamnya
terjadi interaksi ekologis dan ekonomis antara berbagai komponen yang membentuk
sistem tersebut.
Sesuai definisi agroforestri diatas maka sistem ini
bervariasi dan cukup luas sehingga dapat diklasifikasi berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
Secara Struktual, menyangkut komposisi komponen,
seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur dan agrisilvopastur.
Secara Fungsional, menyangkut fungsi atau peranan
utama dalam sistem, terutama komponen kayu-kayuan.
Secara Sosial Ekonomis, menyangkut tingkat masukan
dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas dan skala
pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial, intermedier).
Secara Ekologis, menyangkut kondisi lingkungan dan
kesesuaian ekologis dari sistem Agrisilvikultur, Silvopastur, Agrosilvopastur,
Silvofishery, pohon serbaguna, dan lainnya.
Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen pokok
yaitu kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Penggabungan
komponen-komponen yang termasuk dalam agroforestri dikenal dengan nama :
Agrisilvikultur merupakan Kombinasi antara komponen
atau kegiatan kehutanan (pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen
pertanian.
Silvopastura merupakan Kombinasi antara komponen
atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
Agrosilvopastur merupakan Kombinasi antara komponen
atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
Silvofeshry merupakan Kombinasi antara komponen
kehutanan dan komponen perikanan. Sistem ini merupakan pemanfaatan hutan
mangrove dikombinasikan dengan tambak ikan.
Tujuan akhir program agroforestri adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu
dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan
lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program
agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas
sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan
cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya
(pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan, perikanan) atau interaksi
antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya.
Perbedaan pola tanam agroforestri dengan pola tanam
yang lain adalah jumlah komoditi dan jenis kombinasi dalam suatu unit
pengelolaan lahan. Budidaya monokultur pertanian dan kehutanan terdiri dari 1
jenis komoditi. Dan pada dasarnya agrofrestri adalah kombinasi budidaya
pertanian, peternakan dengan budidaya kehutanan. Hal ini jika diaplikasikan di
lahan hutan maka menjadi budidaya agroforestri kehutanan atau silvikultur
agroforestri. Dan apabila diaplikasikan pada lahan pertanian maka disebut
budidaya agroforestri pertanian. Perbedaan ini disebabkan juga oleh jumlah
pohon minimum yang menjadi komponen agrofrestri. Jumlah pohon di lahan hutan
akan berbeda dengan jumlah pohon di lahan pertanian. Untuk mengidentifikasi
suatu budidaya agroforestri bisa mengacu pada ciri-ciri penting agroforestri
yang diperkenalkan oleh Lundgren dan Raintree, (1982) yaitu
1) tersusun dari 2 jenis tanaman atau lebih, salah
satu adalah tumbuhan berkayu,
2) siklus sistem agroforestri lebih dari satu
tahun,
3) ada interaksi ekologi dan ekonomi antara
tananaman kayu dan tidak berkayu,
4) multi produk: pakan ternak, kayu bakar, buah,
obat-obatan,
5) minimal memiliki satu fungsi pelayanan jasa
(pelindung angin, penaung),
6) input rendah (terutama di daerah tropis),
tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa, misalnya sisa panen,
7) sistem agroforestri yang paling sederhana pun
lebih kompleks dari sistem budidaya monokultur.
Agroforestri merupakan suatu pilihan strategis
pengelolaan lahan yang selain memperhatikan faktor ekonomi, sosial tetapi juga
berwawasan lingkungan. Hal ini menjadikan sistem agroforestri berpotensi lebih
berkelanjutan dibandingkan sistem monokultur. Agroforestri menjembatani antara
kepentingan sosial ekonomi (produksi kayu dan tanaman pangan) dan kepentingan
lingkungan (menjaga iklim mikro, kesuburan tanah, tata air, penyerap karbon,
dan sumber plasma nutfah). Penelitian Magcale-Macandog et al., (2010) bahwa
peningkatan pendapatan masyarakat melalui praktek agroforestri di daerah-daerah
atas di Mindano, Filipina memberikan peningkatan keuntungan sekitar 42% s.d.
137%. Agroforestri akan mengurangi aliran permukaan sebesar 9,2% serta
mengurangi kehilangan NO3-N menjadi 16-48 kg.ha-1.a-1 dibandingkan dengan
sistem monokultur yang mempuyai kehilangan NO3-N sebesar 45-64 kg.ha-1.a-1
(Wang et al., 2011).
Menurut Darusman (2002) agroforestri memiliki
keunggulan baik dari segi ekologis, ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan
politik. Agroforestri memiliki keunggulan ekologis sebab multi jenis, multi
strata tajuk dan kesinambungan vegetasi. Agrofrestri memiliki keunggulan
ekonomi karena jenis yang ditanam bernilai komersial dan dengan keragaman maka
memiliki ketahanan terhadap fluktuasi harga dan jumlah permintaan pasar,
jenis-jenis hasil/output yang beragam dan berkesinambungan dan investasi dapat
dilakukan bertahap. Agroforestri memiliki keunggulan sosial budaya karena
teknologi yang fleksibel, familiar, efisien. Keunggulan politis, yakni
agroforestri dapat memenuhi hasrat politik masyarakat luas dan kepentingan
bangsa secara keseluruhan. Agroforestri juga merupakan bentuk sinergi antara
sektor kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Sinergitas antar sektor
tersebut potensial menjadi alternatif untuk mewujudkan ketahanan pangan
nasional.
Berdasarkan uraian tersebut diatas agroforestri
potensial berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Semua
bentuk-bentuk agroforestri (agrisilviculture, silvopasture, sericulture, apikultur
dan silvofisheri) selalu menghasilkan pangan. Hal ini dipertegas oleh Van
Meydell, (1986) sasaran dan manfaat agroforestri di daerah tropis adalah (1)
menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan, (2) memperbaiki penyediaan
energi lokal, misalnya kayu bakar, (3) meningkatkan/memperbaiki produksi bahan
mentah hasil hutan dan pertanian, (4) memperbaiki kualitas hidup pedesaan, dan
(5) memelihara dan memperbaiki jasa lingkungan.
BAB 111
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Agroforestry
Agroforestri ialah kata
serapan yang berasal dari bahasa Inggris
“Agroforestry” ialah “Agro” yang berarti “pertanian” dan “Forestry” yang berarti “Kehutanan”. Agroforestri juga dikenal dengan istilah “Wanatani” wanatani ialah gabungan dari kata “Wana” berarti “Hutan” serta “Tani” ialah “Pertanian”.
Agroforestri ialah budidaya
tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan juga tanaman pertanian (tanaman
semusim). Pengertian agroforestri di atas ini ialah pengertian yang
sederhana , agroforestri dapat diartikan secara lebih luas lagi dengan
pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan juga
perikanan
Agroforestri ialah suatu
sistem pengelolaan lahan yang bertujuan untuk mengatasi suatu masalah
ketersediaan pada lahan serta peningkatan produktivitas lahan. Masalah
yang sering timbul ialah masalah alih fungsi lahan yang menyebabkan lahan
hutan semakin berkurang. Agroforestri tersebut diterapkan untuk dapat mengatasi
masalah tersebut dan juga masalah ketersediaan pangan.
Konsep agroforestri ialah rintisan dari
tim Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk dapat
mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan pada bidang kehutanan di
negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa
hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Pemanfaatan di bidang
kehutanan sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, ialah
:
a.
Eksploitasi secara selektif di hutan alam
b.
Tanaman hutan secara terbatas.
Agroforestri diharapkan dapat bermanfaat selain
untuk dapat mencegah perluasan tanah yang terdegradasi, melestarikan
sumber daya hutan, meningkatkan mutu pada pertanian dan
juga menyempurnakan intensifikasi serta diversifikasi silvikultur.
Tetapi sistem Agroforestri telah dipraktekan oleh petani di berbagai
tempat di Seluruh Indonesia selama berabad-abad dengan nama serta istilah
yang berbeda-beda.
(K.F.S. King dan M.T. Chandler) mendefinisikan Agroforestri ialah sebagai Suatu
sistem pengolahan lahan yang berazaskan pada kelestarian untuk dapat
meningkatkan produktivitas lahan secara keseluruhan, ialah dengan cara
mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan)
dan juga tanaman hutan, serta hewan secara bersama-sama , pada unit
lahan yang sama, serta menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan
budaya setempat.
Sesuai dengan definisi agroforestri diatas maka
sistem ini cukup bervariasi dan juga cukup luas sehingga dapat
diklasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a.
Secara Struktual, ialah yang menyangkut komposisi
komponen, seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur
serta agrisilvopastur.
b.
Secara Fungsional, ialah yang menyangkut fungsi
atau peranan utama dalam suatu sistem, terutama pada komponen
kayu-kayuan.
c.
Secara Sosial Ekonomis, ialah yang menyangkut pada
tingkat masukan dalam suatu pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi,
intensitas dan juga skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial,
intermedier).
d. Secara Ekologis, ialah yang menyangkut pada
suatu kondisi lingkungan dan juga kesesuaian ekologis dari sistem
Agrisilvikultur, Silvopastur, Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna,
dan lain-lain.
2.2
Bentuk-bentuk Agroforestry
Agroforestri secara umum dapat
diartikan sebagai sistem dan praktik penggunaan lahan dimana tanaman berkayu
(pohon, semak, palma, bambu, dll.) dibudidayakan secara sengaja dalam satu unit
pengelolaan lahan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak dengan pengaturan
ruang dan waktu tertentu (Nair, 1993). Oleh karena dalam agroforestri terdapat
lebih dari satu komoditas mengakibatkan pengelolaannya lebih kompleks baik dari
segi ekologis maupun ekonomis. Konsekuensinya ketika tanaman berkayu
ditanam pada lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan atau ternak akan
terjadi interaksi baik positif, netral ataupun negatif (Hairiah, 1999).
Nair (1993) mengutarakan bahwa terdapat beberapa
bentuk agroforestri yaitu :
1. Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara
sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi
sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan.
2. Sylvopastoral system, yaitu sistem pengelolaan
lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan padang penggembalaan untuk memelihara
ternak.
3. Agrosylvo-pastoral system, yaitu sistem
pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara
bersamaan, dan sekaligus padang penggembalaan untuk memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose forest tree production systems,
yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya
hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak.
5. Sylvofishery, yaitu sistem pengelolaan lahan
hutan untuk menghasilkan kayu dan perikanan.
6. Apiculture, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan
untuk menghasilkan pohon-pohon yang merupakan sumber pakan lebah sekaligus
dilakukan pemeliharaan lebah madu.
7. Sericulture, yaitu sistem pengelolaan lahan
hutan untuk menghasilkan pohon-pohon dan pemeliharaan ulat sutera.
Perbedaan pola tanam agroforestri dengan pola tanam
yang lain adalah jumlah komoditi dan jenis kombinasi dalam suatu unit
pengelolaan lahan. Budidaya monokultur pertanian dan kehutanan terdiri dari 1
jenis komoditi. Dan pada dasarnya agrofrestri adalah kombinasi budidaya
pertanian, peternakan dengan budidaya kehutanan. Hal ini jika diaplikasikan di
lahan hutan maka menjadi budidaya agroforestri kehutanan atau silvikultur
agroforestri. Dan apabila diaplikasikan pada lahan pertanian maka disebut
budidaya agroforestri pertanian.
2.3 Manfaat
Penggunaan Agroforestry
Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestri
dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai
masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestri
utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan
lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup
masyarakat.
Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh
tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya
pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya
konservasi sumber daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.
Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestri diharapkan lebih banyak memanfaatkan
tenaga ataupun sumber daya sendiri dibandingkan sumber-sumber dari luar.
Di samping itu agroforestri diharapkan dapat
meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Untuk
daerah tropis, beberapa masalah ekonomi dan ekologi berikut menjadi mandat
agroforestri dalam pemecahannya (von Maydell, 1986):
Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan,Meningkatkan
persediaan pangan baik tahunan atau tiap-tiap musim; perbaikan kualitas
nutrisi, pemasaran, dan proses- proses dalam agroindustri. Manfaat yang dapat
diperoleh adalah menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada lahan
wanatani, polanya bisa saja tanaman kayu ditanam pada bagian tepi sebagai
pelindung, sedangkan tanaman semusim ditanam di bagian dalamnya. Diversifikasi
produk dan pengurangan risiko gagal panen. Keterjaminan bahan pangan secara
berkesinambungan.
Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya
produksi kayu bakar:
Suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin.
Suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin.
Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan
diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian:Pemanfaatan
berbagai jenis pohon dan perdu, khususnya untuk produk- produk yang dapat
menggantikan ketergantungan dari luar misal: zat pewarna, serat, obat-obatan,
dan zat perekat atau yang mungkin dijual untuk memperoleh pendapatan tunai.
Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan,
khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat
miskin banyak dijumpai:
Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan yang menarik. Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan. Memelihara nilai-nilai budaya.
Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan yang menarik. Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan. Memelihara nilai-nilai budaya.
Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan
produksi dan jasa lingkungan setempat:Mencegah terjadinya erosi tanah,
degradasi lingkungan. Agroforesti bertujuan sebagai :
a.
Perlindungan keanekaragaman hayati.
b.
Perbaikan tanah melalui fungsi ‘pompa’ pohon dan
perdu, mulsa dan perdu.
c.
Pohon peneduh (shelter belt), pohon pelindung
(shade trees), pagar hidup (life fence).
d.
Pengelolaan sumber air secara lebih baik.
Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan
cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya
(pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara
komponen- komponen tersebut dengan lingkungannya.
Dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan
agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:
a.
Produktifitas
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total
sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada
monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu
bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun.
Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu
komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis
tanaman lainnya.
b.
Keanekaragaman
Adanya pengkombinasian dua komponen atau
lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan keanekaragaman yang tinggi,
baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi
ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanenan sebagaimana dapat terjadi
pada budidaya tunggal (monokultur).
c.
Kemandirian
Penganekaragaman yang tinggi dalam agroforestri
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan
sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar.
Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan
banyak input dari luar (pupuk, pestisida), dengan keanekaragaman yang lebih tinggi
daripada sistem monokultur.
d.
Stabilitas
Praktek agroforestri yang memiliki keanekaragaman
dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang
pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas dan kesinambungan
pendapatan petani.
2.4 Kelebihan
dan Kekurangan Agroforestry
Berbicara tentang suatu sistem
pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya. Begitu pula dengan sistem
Agroforestri yang pastinya terdapat kelebihan dan kekurangan. Berikut ini
adalah kelebihan dan kekurangan sistem Agroforestri menurut Chundawat dan Gautam
dalam Lahjie (2002)
1. Kelebihan sistem agroforestry
a.
Dengan modal dan biaya tenaga
kerja yang rendah bisa mempertahankan dan meningkatkan produktifitas lahan
melalui siklus unsur hara dan perlindungan tanah.
b.
Menigkatkan nilai out put pada
suatu areal lahan tertentu melalui penanaman campuran pohon dan spesies lainnya
berdasarkan ruang atau urutan waktu.
c.
Diversifikasi kisaran out put
dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan swasembada
b. Mengurangi hilangnya pendapatan karena pengaruh cuaca buruk, pengaruh biologi atau pasar pada suatu jenis tanaman tertentu.
1. Meningkatkan swasembada
b. Mengurangi hilangnya pendapatan karena pengaruh cuaca buruk, pengaruh biologi atau pasar pada suatu jenis tanaman tertentu.
d.
Mendistribusikan kebutuhan input tenaga kerja
secara lebih merata berdasarkan musiman, dengan demikian mengurangi pengaruh
musim pemupukan pekerjaan dan musim kurang pekerjaan dalam karakteristik
kegiatan pertanian tropis.
e.
Menyediakan penerapan produktif
untuk lahan, tenaga kerja atau modal yang belum dimanfaatkan.
f. Menciptakan persediaan modal untuk memenuhi biaya-biaya
yang tidak tentu atau kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga.
2. Kekurangan Sistem Agroforestri
a.
Pengurangan hasil tanaman pokok karena
pohon-pohon bersaing dalam penggunaan lahan. Kehadiran pohon menekan hasil
tanaman pertanian karena tajuk pohon yang menaungi, persaingan akar, kompetisi
unsur hara, cahaya air dan interaksi allelopathy
b.
Ketidaksesuaian pohon dengan
kegiatan pertanian seperti pengembalaan bebas, pembakaran, pemakaian lahan
bersama dan lain-lain, yang membuat perlindungan pohon menjadi suntuk
dilakukan.
c.
Pohon-pohon dapat merintangi
tanaman pertanian sejenis dan penerapan mekanisasi dan menyebabkan beberapa hal
antara lain :
1. Meningkatnya biaya tenaga kerja pada penerapan mekanisasi
2. Menghambat kemajuan sistem pertanian
1. Meningkatnya biaya tenaga kerja pada penerapan mekanisasi
2. Menghambat kemajuan sistem pertanian
d.
Pada tempat-tempat dimana musim
penanaman sangat terbatas, misalnya pada kondisi arid dan semi arid, permintaan
tenaga kerja untuk produksi pertanian dapat menggagalkan penanaman pohon.
e. Periode produksi pohon-pohon yang relative panjang
menunda pendapatan diluar batas kemampuan petani-petani miskin dan menigkatkan
risiko-risiko yang berkaitan dengan hal tersebut terhadap petani-petani miskin
tersebut ( Chundawat dan Gautam [1993] dalam Lajie,2002).
Melihat kelebihan dan kekurangan sistem agroforestri diatas dapat menjadikan kita lebih teliti dalam menerapkan pola sistem agroforestri yang proporsional sehingga dapat meningkatkan kelebihan dan mengurangi kekurangan seminimal mungkin sebab kekurangan-kekurang selalu ada dalam penerapan sistem agroforestri.
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Simpulan
Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan
(pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Agroforestri
merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan
lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah
alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri
diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan.
Nair (1993) mengutarakan bahwa terdapat beberapa
bentuk agroforestri yaitu :
1. Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara
sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi
sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan.
2. Sylvopastoral system, yaitu sistem pengelolaan
lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan padang penggembalaan untuk memelihara
ternak.
3. Agrosylvo-pastoral system, yaitu sistem
pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara
bersamaan, dan sekaligus padang penggembalaan untuk memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose forest tree production systems,
yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya
hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak.
5. Sylvofishery, yaitu sistem pengelolaan lahan
hutan untuk menghasilkan kayu dan perikanan.
6. Apiculture, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan
untuk menghasilkan pohon-pohon yang merupakan sumber pakan lebah sekaligus
dilakukan pemeliharaan lebah madu.
7. Sericulture, yaitu sistem pengelolaan lahan
hutan untuk menghasilkan pohon-pohon dan pemeliharaan ulat sutera.
DAFTAR
PUSTAKA
Henny mairowani
dan ashari.(2011./Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung Ketahanan Pangan
dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan.forum penelitian agroekonomi, volme
29 no 2)
Bahan Ajar. Klasifikasi
dan Pola kombinasi komponen Agroforestry.
Komentar
Posting Komentar